Story 6 Slide 1 BackgroundStory 6 Slide 1 Title
Swipe Kanan
Story 6 Slide 2 Background

Ada kalanya aroma bukanlah pelipur lara, melainkan pengingat pahit tentang fase paling berat dalam hidup. Kalau sebelumnya parfum menjadi jembatan untuk nostalgia manis, di kisah kali ini, wangi justru menjelma jadi palu berat yang menghantam kepala, membawa rasa gerah, muak, dan keinginan kuat untuk segera lari.

Sekarang ini, kami akan mengajak kamu masuk dalam lorong waktu milik Awan dengan parfum Baccarat yang menyimpan memori paling memuakkan dalam hidupnya. Namun, meskipun demikian, parfum ini memiliki cerita panjang yang tidak bisa dia lupakan.

Parfum ini hadir di tengah masa penuh tekanan, masa ketika tubuh yang lemah, hati yang rapuh, cinta yang tidak berpihak, dan justru terlihat seperti beban. Lantas bagaimana kisahnya, mari kita masuk dan nikmati setiap alur cerita dalam lorong waktu ini.

Aku masih ingat betul dengan masa itu, tepat saat aku masih kuliah di jurusan yang tidak aku senangi dan sedang menjalani semester paling krisis, yaitu semester akhir. Aku harus menghadapi skripsi yang rasanya nggak kelar-kelar.

Jujur saja, jika ada lorong waktu ke belakang, aku ingin bisa mengubahnya. Karena untuk berada 4 tahun di jurusan ini, aku sudah sangat tersiksa dan tidak ada rasa senang dalam setiap mata kuliah yang disajikan.

Tapi, aku harus menjalaniinya karena sudah tenggelam terlalu dalam. Bagaimanapun, aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Makanya, mau cepat kelar skripsi adalah cita-cita terbesarku saat itu. Sayangnya, proses itu tidak pernah mudah apalagi melewatinya dengan penuh tekanan dan tuntutan keluarga.

Bahkan sempat berpikir, andai saja aku bisa memilih dan tidak menuruti apa kemauan orang tuaku, mungkin aku sudah berada di jurusan FSRD ITB, menghabiskan banyak waktu untuk melukis, menggambar, dan menciptakan karya, pasti akan sangat menyenangkan.

Ahh, sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.

Dan saat itu, aku baru saja menyelesaikan revisi skripsiku yang baru aja masuk bab 2. Iya, masih sangat jauh untuk menuju selesai. Kemuakanku terhadap skripsi semakin menjadi-jadi setelah seringnya direvisi dan hasilnya selalu ditolak.

Ruangan dosen itu seolah menjelma neraka bagiku, bahkan ada satu aroma yang sangat mengganggu, wangi Baccarat yang dipakai dosen pembimbingku.

Pernah di satu waktu, aku pergi ke kampus untuk melakukan bimbingan. Baru melangkah ke depan pintu, wangi Baccarat sudah menusuk hidungku. Aromanya begitu pekat. Aku tidak mengerti bagaimana dosenku memakai parfum itu, seakan bukan hanya disemprotkan, mungkin dia tumpahkan ke seluruh tubuh dan ruangan.

Aku mencoba menahan diri, menarik napas pelan, lalu memberanikan langkah masuk. Dengan senyum tipis, aku menyapa, menyerahkan hasil revisiku, dan duduk dengan hati yang mulai gelisah.

Beliau menerima lembaran itu, menatap sekilas, lalu tenggelam dalam bacaan. Menit demi menit terasa seperti jarum yang menyayat. Hampir empat puluh menit aku menunggu, menatap raut wajahnya yang semakin berkerut.

Story 6 Slide 5 Background

Setiap kali keningnya mengerut, dadaku makin sesak. Aku mulai membayangkan hal-hal buruk. Mungkin di kepalanya, tulisanku sedang dihujat habis-habisan. Mungkin ia sedang menimbang untuk mencacimaki hasil kerjaku, atau bahkan berniat melemparkan lembar skripsi itu ke tong sampah.

Semua bayangan itu berputar-putar, menumpuk, hingga ruang bimbingan itu berubah jadi penjara kecil dengan wangi menyengat yang semakin mencekik dan membuatku takut setelah Bu Dosen menunjukkan raut wajahnya yang ketus.

Story 6 Slide 2 Background

“Kamu ini udah berapa kali saya bilang, ini analisismya terlalu dangkal. Data begini mana bisa dipertanggungjawabkan. Coba kamu liat, keabsahannya mana? Ulangi lagi, saya bingung mau tandai bagian mana karena hampir semuanya perlu diperbaiki,” untuk kesekian kali, dosenku menolak hasil revisi skripsiku.

Aku mencoba menyangkal, karena jika terus seperti ini, kapan aku lanjut ke bab selanjutnya sementara waktu terus berjalan. Aku pun merasa sudah melakukan yang terbaik dalam proses perbaikannya setidaknya ada sedikit saja yang dihargai.

“Ta..ta..tapi Bu, saya udah revisi sesuai arahan, masa harus diganti semua datanya.”

“Kamu mau lulus apa nggak? Kalau mau lulus, kerjakan lagi, saya lakuin ini juga buat keberhasilan data skripsi kamu pas sidang nanti. Nggak usah banyak alasan, minggu depan coba saya lihat lagi hasil revisinya.”

Story 6 Slide 7 Background

Benar saja, setiap kali masuk dan keluar dari ruangan itu, hidupku sesak dan tercecik. Yang kudapat adalah kata-kata yang memuakkan, wajah dosen yang tidak ramah, hingga aroma Baccarat yang semakin menempel di kepala dan sekujur tubuhku. Bahkan, setelah aku meninggalkan ruangan itu, rasanya, dunia benar-benar menutup pintu untuk kelanjutan skripsiku.

Aku keluar dengan tangan gemetar dan menahan tangis. Aku merasa, semua usahaku sia-sia. Aroma dari ruangan itu menjelma lonceng kematian bagi hidupku. Didukung dengan udara panas yang menyengat, kepalaku semakin berat.

Story 6 Slide 6 Background

Tapi, sesaat aku ingat... aku punya janji untuk bertemu pacarku. Aku pikir, mungkin ini waktu yang tepat untuk cerita dan bersandar, setidaknya bisa dapat sedikit pelukan dan pengertian dari orang yang aku sayang. Apalagi, kami belum bertemu hampir tiga bulan dengan banyaknya alasan, entah aku yang sibuk atau dia yang sibuk.

Hari itu, aku berpikir, dia adalah satu-satunya harapan untuk bertahan hidup. Dan di hari yang sama juga, satu-satunya harapan itu lapur dimakan kenyataan. Di saat aku sangat membutuhkan support sistem, dia membatalkan pertemuan itu.

Tapi, hubungan kami memang sudah berada di ujung tanduk dan sulit untuk dipertahankan. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya melalui telepon dan aku tidak menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan.

Aku merasa bijak dengan keputusan yang aku buat di tengah kegonjangan-ganjingan diriku dengan skripsi. Aku hanya membutuhkan ketenangan, bukan beban. Dan aku merasa, aku beban untuknya, pun dia adalah beban untukku.

Story 6 Slide 9 Background

Energiku sudah habis tidak bersisa, tidak ada kata-kata penenang, apalagi pelukan yang menghangatkan. Tiba-tiba saja, wangi Baccarat itu kembali muncul di kepalaku, mengikuti setiap langkahku menuju pulang ke rumah.

Aroma itu semakin menyeruak, tebal, manis, dan semakin nyegak. Rasanya seperti dipaksa menghirup gula cair di tengah ruangan panas tanpa ventilasi. Dan aroma itu, membuatku sangat takut dan tangisku pun pecah di dalam kamar.

Story 6 Slide 10 Background

Keesokan harinya, aku mencoba menenangkan diri.

Baju bekas yang kemarin aku pakai masih tergantung di belakang pintu kamar. Seketika aku bawa dan masukan ke dalam mesin cuci, karena bau Baccarat itu masih menghantui, seolah rasa kekacauan di hari kemarin kembali lagi

Tujuh hari setelah kejadian itu, aku banyak merenungi nasibku, skripsiku, dan hubunganku yang sudah berakhir. Aku pun mulai lebih bijak dan bisa berpikir jernih. Alih-alih berharap kepada manusia untuk menjadi support sistem, aku memilih untuk melawan rasa ketidaknyamanan itu.

Aku memang muak, cape, dan takut, tapi aku butuh motivasi untuk bangun dan kembali melanjutkan skripsiku. Dan triggering yang sangat mengganggu saat itu adalah wangi Baccarat. Setiap mencium wangi ini, rasanya semua masalah berat di hidupku datang lagi dan menakut-nakutiku. Akhirnya, aku mencoba untuk melawan wangi itu.

Keesokan harinya aku segera mencari aroma baru di salah satu store Uchi Parfume dekat rumahku. Aku pergi ke sana untuk eksplorasi aroma dan menciptakan cerita baru di dalam aroma yang lebih segar dan menyenangkan.

Aku mencari aroma yang membuatku tenang, membuatku nyaman, dan setiap kali masuk ruangan itu, aku ingin aroma Baccarat itu mati oleh aroma yang aku pakai.

Aku pun menemukan satu parfum oriental dengan campuran lembut dari floral dan sentuhan tipis dari woody. Aromanya manis, segar, ringan, dan menenangkan. Aroma ini bisa menghapus aroma Baccarat yang sempat sulit hilang di kepalaku.

Dan saat ini, aku sudah memakai parfum ini hampir dua tahun. Aku pun sudah lulus kuliah walau prosesnya begitu terpontang-panting. Syukurlah, aroma ini sering kali menjadi penenang dikala jalannya begitu buntu dan tidak ada titik terang.

Story 2 slide 15 bg

Ya, begitulah aroma. Ada aroma yang menenangkan, ada juga aroma yang menyedihkan. Bagi Awan, aroma Baccarat bukan cuma sekadar parfum yang banyak disukai banyak orang.

Sebaliknya, bagi Awan, Baccarat adalah aroma yang menjadi saksi bisu dari stress skripsi yang tidak ada habisnya, cinta yang diabaikan, dan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan dan dia terima.

Namun dari semua itu, lahir satu hal penting, kesadaran bahwa tidak semua kejadian buruk di masa lalu pantas untuk dipeluk, disimpan, dan dikenang.

Ada yang harus dilepas, agar hidup terasa lebih tenang dan dada bisa bernapas lega. Berbeda dengan Andika, justru, aroma berhasil membawa dirinya keluar dari zona nyaman dan mempertemukannya dengan hobby baru dalam dunia musik dengan budaya klasik pada masanya.

Bersambung ...