Gerakan Sosial Kreatif Ala Masihan Indonesia

Andika, Founder sekaligus CEO Masihan Indonesia

Kemarin kami sudah bahas tentang Eco Camp yang akan menjadi narasumber talk show dalam acara Main Aroma Series Epidose 4. Nah, kolabolator selanjutnya ada Masihan Indonesia. Kira-kira kolabolator kedua ini bergerak di bidang apa ya? Mmm, yang pasti sama-sama bergerak di bidang sosial dan lingkunga dong karena tema event kali ini adalah Back to Nature. 

Awal Mula Perjalanan Masihan Indonesia

Perjalanan Masihan Indonesia dimulai dari pengalaman pribadi Andika, seorang pemuda yang saat itu sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Setiap hari, Andika menghabiskan waktu sekitar 5 jam dari subuh hingga dzuhur untuk mengerjakan tugas akhirnya. Namun, setelah itu, ia merasa kebingungan dengan sisa waktu yang tersisa. Untuk mengisi kekosongan tersebut, ia mulai banyak membaca buku. Salah satu buku yang sangat berpengaruh baginya adalah Start with Why karya Simon Sinek.

Dari buku tersebut, Andika menyadari pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam hidup—sebuah “mengapa” yang bisa menjadi landasan bagi tindakan-tindakan kita. Ia mulai merenung bahwa hidup seharusnya tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi tentang bagaimana kita bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dari pemikiran ini, muncul ide untuk berbagi kebaikan.

Andika kemudian mendiskusikan konsep ini dengan seorang teman, berpegang pada prinsip law of attraction, yaitu bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lebih besar. Diskusi ini menuntun mereka pada sebuah gagasan untuk memulai aksi sederhana selama bulan Ramadan: menjual es teh seharga Rp 2.000 setiap hari Jumat. Ide ini mereka bagikan di media sosial, dan tanpa diduga, banyak yang tertarik untuk terlibat.

Inisiatif kecil ini mendapat respon yang luar biasa. Setelah bulan puasa berakhir, Andika dan timnya memutuskan untuk melanjutkan kegiatan ini secara lebih serius. Mereka mulai dengan mengunjungi panti lansia di Sarijadi, memberikan perawatan dan bekerja sama dengan program sosial lainnya. Berkat dedikasi dan semangat berbagi, Masihan Indonesia berkembang pesat. Dalam waktu 1,5 tahun, organisasi ini sudah aktif di Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, didukung oleh lebih dari 580 relawan.

Filosofi di Balik Nama “Masihan”

Nama “Masihan” sebenarnya berawal dari taruhan iseng antara Andika dan temannya. Mereka ingin memilih sesuatu yang unik namun tetap familiar, khususnya bagi masyarakat Sunda. Dalam bahasa Sunda, “masihan” berarti memberi. 

Filosofi ini cocok dengan misi organisasi yang fokus pada berbagi, tidak hanya berbagi materi, tetapi juga ilmu, waktu, dan kebaikan lainnya. Nama ini akhirnya dipilih karena mampu merepresentasikan gerakan kolektif yang mereka bangun—sebuah nama sederhana namun penuh makna.

Fokus Masihan: Berbagi Kebaikan dalam Berbagai Bentuk

Masihan Indonesia bukan sekadar NGO biasa. Mereka membagi fokus kegiatannya dalam lima core utama, yaitu pendidikan, sosial, lingkungan, kesehatan, dan inklusivitas. Konsep “berbagi” tidak hanya diterjemahkan dalam hal materi, tetapi juga ilmu, seni, dan pengalaman hidup. Masihan membuka ruang ekspresi bagi para relawan agar mereka bisa berkontribusi sesuai minat dan passion mereka, baik di bidang pendidikan, seni, kesehatan, hingga olahraga.

Fokus pada pendidikan menjadi core utama di Masihan. Tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga seni dan kreativitas, yang diharapkan bisa memberi wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri.

Program Kreatif Masihan Indonesia

Berbagai program kreatif sudah berjalan di Masihan Indonesia. Salah satunya adalah ‘Warna.ind’ yaitu kegiatan Mural Painting di core seni. Program ini diimplementasikan di daerah Gegerkalong, Bandung, berdasarkan isu yang muncul jika di sana anak mudahnya kurang aktif. Masihan menginisiasi program mural di gang desa yang melibatkan anak muda setempat. 

Mural yang dibuat tidak hanya sekadar mempercantik lingkungan, tetapi juga mengangkat isu SDGs (Sustainable Development Goals) seperti Zero Hunger. Program ini sukses menarik perhatian masyarakat, bahkan mampu mempengaruhi perilaku lalu lintas di area tersebut.

Di bidang pendidikan dan sosial, ada program Mapah Desa. Program ini bertujuan untuk mengajak relawan memberikan pendidikan seni kepada masyarakat desa, sebuah inisiatif untuk memberdayakan desa yang masih kurang mendapat akses pendidikan. Selain itu, Masihan juga membuka layanan tes kesehatan gratis dan memberikan bantuan makanan untuk mencegah stunting. Relawan diajak untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, termasuk lansia, sebagai bagian dari sosialisasi yang lebih mendalam.

Setiap program yang diinisiasi oleh Masihan Indonesia selalu mengedepankan konsep yang kreatif dan menyenangkan. Mereka mencoba membawa perubahan dengan cara-cara yang berbeda, seperti melibatkan seni atau kegiatan interaktif lain yang mampu menarik perhatian dan partisipasi masyarakat, terutama anak muda.

Tantangan dalam Merintis Gerakan Sosial

Seperti kebanyakan NGO, perjalanan Masihan Indonesia tidak selalu mulus. Di awal, Andika mengira bahwa menjalankan NGO mirip dengan organisasi di kampus, tetapi kenyataannya jauh lebih kompleks. Tantangan terbesar adalah bagaimana membuat program yang relevan dengan tren dan tetap menarik minat masyarakat.

Bongkar pasang anggota dan program menjadi bagian dari proses tumbuhnya organisasi ini. Jika suatu program tidak sesuai dengan target, mereka harus cepat beradaptasi dan menggantinya. Awalnya, membuat satu program dalam sebulan terasa sulit, tetapi sekarang mereka bisa menjalankan hingga 12 program dalam sebulan. Tantangannya adalah bagaimana tetap memberikan manfaat, baik kepada masyarakat maupun para relawan, tanpa kehilangan esensi dari misi mereka.

Keberlanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat

Andika menyadari bahwa tantangan selanjutnya bagi Masihan Indonesia adalah bagaimana memastikan program-program mereka bisa berkelanjutan. Konsep pemberdayaan masyarakat tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan sesaat, tetapi harus mampu memberikan alat penunjang yang bisa digunakan jangka panjang.

Dalam hal ini, Masihan Indonesia masih berusaha mencari cara untuk menerapkan pemberdayaan yang lebih substansial. Mereka percaya bahwa dengan melibatkan lebih banyak ahli dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, mereka bisa terus memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.

Andika menutup dengan pesan yang kuat: “Jadilah pribadi yang tidak hanya hidup di dunia, tapi juga memberikan manfaat bagi banyak orang. Berikan kebaikan seluas mungkin, mulai dari hal-hal kecil, karena lama kelamaan kebaikan itu akan menjadi besar.”

Bagi mereka yang masih ragu untuk terlibat dalam kegiatan sosial, Andika menyarankan untuk mencoba terlebih dahulu. Bergabung dengan organisasi volunteer seperti Masihan Indonesia bukan hanya membuka peluang untuk berbuat baik, tetapi juga menemukan teman dan keluarga baru yang berbagi nilai dan tujuan yang sama.

Itulah konsep gerakan sosail kreatif ala Masihan Indonesia. Jangan sampai terlewatkan talk show lebih dalam tentang Masihan Indonesia dalam event Main Aroma Series minggu depan!

Category

.

Recent Posts

Gerakan Sosial Kreatif Ala Masihan Indonesia

Andika, Founder sekaligus CEO Masihan Indonesia

Kemarin kami sudah bahas tentang Eco Camp yang akan menjadi narasumber talk show dalam acara Main Aroma Series Epidose 4. Nah, kolabolator selanjutnya ada Masihan Indonesia. Kira-kira kolabolator kedua ini bergerak di bidang apa ya? Mmm, yang pasti sama-sama bergerak di bidang sosial dan lingkunga dong karena tema event kali ini adalah Back to Nature. 

Awal Mula Perjalanan Masihan Indonesia

Perjalanan Masihan Indonesia dimulai dari pengalaman pribadi Andika, seorang pemuda yang saat itu sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Setiap hari, Andika menghabiskan waktu sekitar 5 jam dari subuh hingga dzuhur untuk mengerjakan tugas akhirnya. Namun, setelah itu, ia merasa kebingungan dengan sisa waktu yang tersisa. Untuk mengisi kekosongan tersebut, ia mulai banyak membaca buku. Salah satu buku yang sangat berpengaruh baginya adalah Start with Why karya Simon Sinek.

Dari buku tersebut, Andika menyadari pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam hidup—sebuah “mengapa” yang bisa menjadi landasan bagi tindakan-tindakan kita. Ia mulai merenung bahwa hidup seharusnya tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi tentang bagaimana kita bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dari pemikiran ini, muncul ide untuk berbagi kebaikan.

Andika kemudian mendiskusikan konsep ini dengan seorang teman, berpegang pada prinsip law of attraction, yaitu bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lebih besar. Diskusi ini menuntun mereka pada sebuah gagasan untuk memulai aksi sederhana selama bulan Ramadan: menjual es teh seharga Rp 2.000 setiap hari Jumat. Ide ini mereka bagikan di media sosial, dan tanpa diduga, banyak yang tertarik untuk terlibat.

Inisiatif kecil ini mendapat respon yang luar biasa. Setelah bulan puasa berakhir, Andika dan timnya memutuskan untuk melanjutkan kegiatan ini secara lebih serius. Mereka mulai dengan mengunjungi panti lansia di Sarijadi, memberikan perawatan dan bekerja sama dengan program sosial lainnya. Berkat dedikasi dan semangat berbagi, Masihan Indonesia berkembang pesat. Dalam waktu 1,5 tahun, organisasi ini sudah aktif di Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, didukung oleh lebih dari 580 relawan.

Filosofi di Balik Nama “Masihan”

Nama “Masihan” sebenarnya berawal dari taruhan iseng antara Andika dan temannya. Mereka ingin memilih sesuatu yang unik namun tetap familiar, khususnya bagi masyarakat Sunda. Dalam bahasa Sunda, “masihan” berarti memberi. 

Filosofi ini cocok dengan misi organisasi yang fokus pada berbagi, tidak hanya berbagi materi, tetapi juga ilmu, waktu, dan kebaikan lainnya. Nama ini akhirnya dipilih karena mampu merepresentasikan gerakan kolektif yang mereka bangun—sebuah nama sederhana namun penuh makna.

Fokus Masihan: Berbagi Kebaikan dalam Berbagai Bentuk

Masihan Indonesia bukan sekadar NGO biasa. Mereka membagi fokus kegiatannya dalam lima core utama, yaitu pendidikan, sosial, lingkungan, kesehatan, dan inklusivitas. Konsep “berbagi” tidak hanya diterjemahkan dalam hal materi, tetapi juga ilmu, seni, dan pengalaman hidup. Masihan membuka ruang ekspresi bagi para relawan agar mereka bisa berkontribusi sesuai minat dan passion mereka, baik di bidang pendidikan, seni, kesehatan, hingga olahraga.

Fokus pada pendidikan menjadi core utama di Masihan. Tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga seni dan kreativitas, yang diharapkan bisa memberi wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri.

Program Kreatif Masihan Indonesia

Berbagai program kreatif sudah berjalan di Masihan Indonesia. Salah satunya adalah ‘Warna.ind’ yaitu kegiatan Mural Painting di core seni. Program ini diimplementasikan di daerah Gegerkalong, Bandung, berdasarkan isu yang muncul jika di sana anak mudahnya kurang aktif. Masihan menginisiasi program mural di gang desa yang melibatkan anak muda setempat. 

Mural yang dibuat tidak hanya sekadar mempercantik lingkungan, tetapi juga mengangkat isu SDGs (Sustainable Development Goals) seperti Zero Hunger. Program ini sukses menarik perhatian masyarakat, bahkan mampu mempengaruhi perilaku lalu lintas di area tersebut.

Di bidang pendidikan dan sosial, ada program Mapah Desa. Program ini bertujuan untuk mengajak relawan memberikan pendidikan seni kepada masyarakat desa, sebuah inisiatif untuk memberdayakan desa yang masih kurang mendapat akses pendidikan. Selain itu, Masihan juga membuka layanan tes kesehatan gratis dan memberikan bantuan makanan untuk mencegah stunting. Relawan diajak untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, termasuk lansia, sebagai bagian dari sosialisasi yang lebih mendalam.

Setiap program yang diinisiasi oleh Masihan Indonesia selalu mengedepankan konsep yang kreatif dan menyenangkan. Mereka mencoba membawa perubahan dengan cara-cara yang berbeda, seperti melibatkan seni atau kegiatan interaktif lain yang mampu menarik perhatian dan partisipasi masyarakat, terutama anak muda.

Tantangan dalam Merintis Gerakan Sosial

Seperti kebanyakan NGO, perjalanan Masihan Indonesia tidak selalu mulus. Di awal, Andika mengira bahwa menjalankan NGO mirip dengan organisasi di kampus, tetapi kenyataannya jauh lebih kompleks. Tantangan terbesar adalah bagaimana membuat program yang relevan dengan tren dan tetap menarik minat masyarakat.

Bongkar pasang anggota dan program menjadi bagian dari proses tumbuhnya organisasi ini. Jika suatu program tidak sesuai dengan target, mereka harus cepat beradaptasi dan menggantinya. Awalnya, membuat satu program dalam sebulan terasa sulit, tetapi sekarang mereka bisa menjalankan hingga 12 program dalam sebulan. Tantangannya adalah bagaimana tetap memberikan manfaat, baik kepada masyarakat maupun para relawan, tanpa kehilangan esensi dari misi mereka.

Keberlanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat

Andika menyadari bahwa tantangan selanjutnya bagi Masihan Indonesia adalah bagaimana memastikan program-program mereka bisa berkelanjutan. Konsep pemberdayaan masyarakat tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan sesaat, tetapi harus mampu memberikan alat penunjang yang bisa digunakan jangka panjang.

Dalam hal ini, Masihan Indonesia masih berusaha mencari cara untuk menerapkan pemberdayaan yang lebih substansial. Mereka percaya bahwa dengan melibatkan lebih banyak ahli dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, mereka bisa terus memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.

Andika menutup dengan pesan yang kuat: “Jadilah pribadi yang tidak hanya hidup di dunia, tapi juga memberikan manfaat bagi banyak orang. Berikan kebaikan seluas mungkin, mulai dari hal-hal kecil, karena lama kelamaan kebaikan itu akan menjadi besar.”

Bagi mereka yang masih ragu untuk terlibat dalam kegiatan sosial, Andika menyarankan untuk mencoba terlebih dahulu. Bergabung dengan organisasi volunteer seperti Masihan Indonesia bukan hanya membuka peluang untuk berbuat baik, tetapi juga menemukan teman dan keluarga baru yang berbagi nilai dan tujuan yang sama.

Itulah konsep gerakan sosail kreatif ala Masihan Indonesia. Jangan sampai terlewatkan talk show lebih dalam tentang Masihan Indonesia dalam event Main Aroma Series minggu depan!

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *