Mengenal Asih dan Perjalanan The Goodlife Membentuk Identitas

Asih dan The Goodlife

Asih dan Awal Mula The Goodlife

Asih dan The Goodlife sebenarnya lahir karena sebuah ketidaksengajaan. Pada tahun 2015, sebuah kesempatan muncul dari seorang temannya yang menawarkan garasinya untuk dijadikan coffee shop. Walaupun tidak ada korelasi dengan latar belakang kuliah design, Asih tertarik dan memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Sebelum membuka coffee shop tersebut, Asih merenungkan identitas yang ingin ditonjolkan dalam bisnisnya. Dengan latar belakang keluarga dari Tasikmalaya dan Ciamis, Asih melihat potensi untuk memperkenalkan kecombrang, rempah yang saat itu lebih dikenal sebagai bahan pecel. Ia ingin mengubah kecombrang menjadi salah satu bumbu utama dalam berbagai jenis masakan, baik Mediterranean, Arabian, maupun masakan Indonesia.

Makanan pertama yang dikenalkan kepada Publik adalah Kebab Lebanon. Hal itu menjadi salah satu cara ideal dari Asih untuk mengenalkan makanan rempah melalui jenis kuliner yang mudah dikenal masyarakat. Kebetulan, pada saat itu, kebab sedang populer. 

Kecombrang, dengan aromanya yang khas, menjadi ciri utama dalam setiap hidangan yang disajikan. Meskipun Asih tidak memiliki latar belakang kuliner, ia berusaha belajar banyak hal dan menerapkan konsep desain ke dalam dunia kuliner, menciptakan pengalaman yang berbeda dan inovatif. Hal ini menjadi cara Asih untuk mendekati publik sambil mengenalkan kecombrang sebagai bumbu alami. Tak berhenti di situ, Asih juga mengembangkan kreasi lain, seperti es krim kecombrang dan sirup kecombrang. 

Membawa Keberanian dan Kreativitas dalam Kuliner

Yang membedakan The Goodlife dari kafe lainnya adalah keberanian Asih untuk tidak meniru keaslian makanan yang sudah ada. Sebagai contoh, kebab Lebanon di The Goodlife tidak dibuat sebagai duplikat, melainkan dimodifikasi dengan elemen baru, memberikan sentuhan kreatif yang berbeda dengan main karakter utama dalam kebab itu adalah rempah. 

Asih berpendapat bahwa makanan tidak selalu harus diterima hanya karena rasanya enak. Pengalaman makan juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang dibesarkan dan kenangan yang terbentuk. Misalnya, seseorang yang terbiasa makan lodeh dengan kayu manis mungkin merasa aneh jika tidak ada rasa tersebut. Selera, menurut Asih, adalah hasil dari pengalaman dan bisa berubah seiring waktu.

Wow Moment dan Tantangan di The Goodlife

Perjalanan The Goodlife penuh dengan momen wow yang mengejutkan. Asih senang berimajinasi dan berkreasi, menghasilkan berbagai pengalaman kuliner yang berbeda dan unik, tetapi masih diterima masyarakat. Banyak pelanggan yang merasa terkejut dengan inovasi makanan di The Goodlife, seperti es krim basil. Meskipun terasa aneh bagi sebagian orang, inovasi ini tetap diterima dengan baik oleh banyak pelanggan.

Asih percaya bahwa semakin terbuka seseorang terhadap pengalaman baru, semakin luas pula selera mereka. Di The Goodlife, setiap hidangan adalah undangan untuk menjelajahi cita rasa baru dan memperkaya pengalaman kuliner.

Dengan dedikasi dan kreativitasnya, Asih telah berhasil membentuk The Goodlife sebagai tempat yang mengutamakan rempah sebagai identitas, menjadikannya pionir dalam memperkenalkan kecombrang dan rempah-rempah lainnya kepada publik. Itulah perjalanan Asih dan The Goodlife yang lahir bukan hanya sekadar tempat makan, tetapi sebuah perjalanan kuliner yang menyajikan cerita dan pengalaman.

Category

.

Recent Posts

Mengenal Asih dan Perjalanan The Goodlife Membentuk Identitas

Asih dan The Goodlife

Asih dan Awal Mula The Goodlife

Asih dan The Goodlife sebenarnya lahir karena sebuah ketidaksengajaan. Pada tahun 2015, sebuah kesempatan muncul dari seorang temannya yang menawarkan garasinya untuk dijadikan coffee shop. Walaupun tidak ada korelasi dengan latar belakang kuliah design, Asih tertarik dan memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Sebelum membuka coffee shop tersebut, Asih merenungkan identitas yang ingin ditonjolkan dalam bisnisnya. Dengan latar belakang keluarga dari Tasikmalaya dan Ciamis, Asih melihat potensi untuk memperkenalkan kecombrang, rempah yang saat itu lebih dikenal sebagai bahan pecel. Ia ingin mengubah kecombrang menjadi salah satu bumbu utama dalam berbagai jenis masakan, baik Mediterranean, Arabian, maupun masakan Indonesia.

Makanan pertama yang dikenalkan kepada Publik adalah Kebab Lebanon. Hal itu menjadi salah satu cara ideal dari Asih untuk mengenalkan makanan rempah melalui jenis kuliner yang mudah dikenal masyarakat. Kebetulan, pada saat itu, kebab sedang populer. 

Kecombrang, dengan aromanya yang khas, menjadi ciri utama dalam setiap hidangan yang disajikan. Meskipun Asih tidak memiliki latar belakang kuliner, ia berusaha belajar banyak hal dan menerapkan konsep desain ke dalam dunia kuliner, menciptakan pengalaman yang berbeda dan inovatif. Hal ini menjadi cara Asih untuk mendekati publik sambil mengenalkan kecombrang sebagai bumbu alami. Tak berhenti di situ, Asih juga mengembangkan kreasi lain, seperti es krim kecombrang dan sirup kecombrang. 

Membawa Keberanian dan Kreativitas dalam Kuliner

Yang membedakan The Goodlife dari kafe lainnya adalah keberanian Asih untuk tidak meniru keaslian makanan yang sudah ada. Sebagai contoh, kebab Lebanon di The Goodlife tidak dibuat sebagai duplikat, melainkan dimodifikasi dengan elemen baru, memberikan sentuhan kreatif yang berbeda dengan main karakter utama dalam kebab itu adalah rempah. 

Asih berpendapat bahwa makanan tidak selalu harus diterima hanya karena rasanya enak. Pengalaman makan juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang dibesarkan dan kenangan yang terbentuk. Misalnya, seseorang yang terbiasa makan lodeh dengan kayu manis mungkin merasa aneh jika tidak ada rasa tersebut. Selera, menurut Asih, adalah hasil dari pengalaman dan bisa berubah seiring waktu.

Wow Moment dan Tantangan di The Goodlife

Perjalanan The Goodlife penuh dengan momen wow yang mengejutkan. Asih senang berimajinasi dan berkreasi, menghasilkan berbagai pengalaman kuliner yang berbeda dan unik, tetapi masih diterima masyarakat. Banyak pelanggan yang merasa terkejut dengan inovasi makanan di The Goodlife, seperti es krim basil. Meskipun terasa aneh bagi sebagian orang, inovasi ini tetap diterima dengan baik oleh banyak pelanggan.

Asih percaya bahwa semakin terbuka seseorang terhadap pengalaman baru, semakin luas pula selera mereka. Di The Goodlife, setiap hidangan adalah undangan untuk menjelajahi cita rasa baru dan memperkaya pengalaman kuliner.

Dengan dedikasi dan kreativitasnya, Asih telah berhasil membentuk The Goodlife sebagai tempat yang mengutamakan rempah sebagai identitas, menjadikannya pionir dalam memperkenalkan kecombrang dan rempah-rempah lainnya kepada publik. Itulah perjalanan Asih dan The Goodlife yang lahir bukan hanya sekadar tempat makan, tetapi sebuah perjalanan kuliner yang menyajikan cerita dan pengalaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *