Blog12 September 2025By Amatul

Kenapa Aroma Makanan Bisa Bikin Lapar? Ini 3 Alasannya!

Kenapa Aroma Makanan Bisa Bikin Lapar? Ini 3 Alasannya!

Pernah nggak sih, Anda lagi jalan santai terus tiba-tiba tercium wangi ayam goreng, bakso, atau roti panggang yang baru keluar dari oven. Seketika langsung bikin perut bergejolak padahal tadi sudah makan? Atau saat masak di rumah, belum matang saja aromanya sudah bikin ngiler. Menariknya, fenomena ini bukan cuma terjadi pada makanan asli. Aroma-aroma lezat, seperti aroma manis dari parfum dengan nuansa vanila atau cokelat pun bisa memancing rasa lapar.

Kenapa bisa begitu? Ternyata, indra penciuman kita punya hubungan yang sangat dekat dengan otak dan sistem pencernaan. Begitu hidung menangkap aroma tertentu, tubuh kita bereaksi seolah-olah makanan benar-benar ada di depan mata. Nah, ada alasan ilmiah yang menjelaskan mengapa aroma makanan mampu membuat kita merasa lapar seketika. Berikut tiga alasan menarik yang bisa bikin kamu paham, kenapa sekadar mencium aroma saja sudah cukup untuk “menyalakan alarm” rasa lapar.

Indera Penciuman yang Terhubung Langsung dengan Otak

Indra penciuman adalah salah satu jalur sensorik paling kuat karena punya akses langsung ke otak tanpa harus melalui banyak “filter” seperti indra lain. Ketika hidung menangkap molekul aroma makanan, sinyal langsung diteruskan ke sistem limbik, bagian otak yang mengatur emosi, ingatan, dan motivasi. Salah satu bagiannya, yaitu hipotalamus (bagian yang berperan penting dalam mengatur rasa lapar).  Itulah sebabnya, begitu mencium wangi sate yang sedang dibakar atau kue yang baru keluar dari oven, otak segera memberi sinyal bahwa tubuh butuh energi, meskipun secara fisik perut belum kosong. Dengan kata lain, aroma makanan bekerja layaknya “tombol cepat” yang bisa mengaktifkan rasa lapar hanya lewat penciuman.

Aroma Memicu Produksi Hormon Lapar

Tubuh kita tidak hanya merespon secara psikologis, tetapi juga biologis. Saat mencium aroma makanan, terutama yang berbau gurih, manis, atau berlemak, tubuh meningkatkan produksi ghrelin. Ghrelin adalah hormon yang memberi sinyal ke otak bahwa tubuh butuh makan. Hormon ini juga dikenal sebagai “hormon lapar.” Ghrelin diproduksi di lambung lalu mengirim sinyal ke otak bahwa saatnya makan.

Misalnya, wangi martabak manis yang legit bisa membuat tubuh berpikir kita butuh tambahan energi, padahal mungkin baru saja makan malam. Aroma juga bisa memicu air liur dan enzim pencernaan untuk bersiap mencerna makanan, meski belum ada makanan nyata yang masuk. Jadi, reaksi lapar yang muncul bukan sekadar perasaan, tapi respon biologis nyata.

Koneksi Emosional dengan Makanan

Selain faktor biologis, aroma makanan juga punya kekuatan emosional yang besar. Misalnya, wangi kopi hitam bisa mengingatkan pada pagi yang hangat, aroma gulai bisa membawa memori tentang makan bersama keluarga di hari raya, atau wangi donat yang bisa bikin kita inget sama cafe-cafe donat menarik yang pernah didatangi. Hubungan emosional ini menjadikan aroma makanan lebih dari sekadar rangsangan indra, tetapi ia juga bisa membangkitkan rasa nyaman, nostalgia, bahkan rasa “aman” secara psikologis. Itulah mengapa banyak orang mencari makanan tertentu bukan karena lapar, tapi karena ingin mendapatkan rasa tenang atau bahagia lewat aromanya. Fenomena ini menjelaskan kenapa comfort food, seperti mie instan atau roti hangat, terasa begitu menggoda—karena ada kenangan dan perasaan yang melekat pada aromanya.